Supatra Sasuphan, seorang siswi di sekolah Ratchabophit Bangkok, menjadi sangat populer disekolahnya setelah anugrahi Guinness World Record untuk rambut lebatnya
"Aku sangat bahagia": Dia sekarang dikenal karena masuk Guinness World Records |
Supatra Sasuphan adalah salah satu dari 50 penderita Ambras Syndrome yang diketahui - sindrom yang disebabkan oleh kromosom yang rusak - didokumentasikan sejak Abad Pertengahan. Sebelum seluk-beluk penyakit itu diketahui, penderita dicap 'werewolves' atau 'Manusia Serigala'.
Supatra Sasuphan memiliki rambut tebal yang tumbuh di sekitar wajah, telinga, lengan, kaki dan punggungnya. Bahkan perawatan laser telah gagal menghentikan pertumbuhan rambut tersebut ditubuh Supatra Sasuphan.
Sementara sebagian besar penderita kelainan ini dijauhi, Supatra Sasuphan justru secara bertahap telah dirangkul oleh komunitasnya, menjadi seorang anak populer dan peramah.
'Salah satu gadis paling populer di sekolah': Supatra Sasuphan bersama teman sekelasnya di sekolah Ratchabophit, di mana dia mengatakan mendapat rekor dunia gadis paling berbulu telah membantu dia mendapatkan lebih banyak teman.
Mereka tidak mengejek-ejek aku lagi: Dokter berusaha menghilangkan rambut Supatra dengan perawatan laser tetapi rambut tersebut dengan cepat tumbuh kembali
"Ada beberapa orang yang mengejekku dan memanggilku wajah kera tetapi mereka tidak melakukannya lagi. Aku sangat terbiasa dengan kondisi ini," kata Supatra Sasuphan sambil menjelaskan bahwa terkadang ia sulit melihat ketika rambut yang tumbuh di wajahnya sudah panjang. "Aku berharap akan merawatnya suatu hari nanti," katanya.
Dalam banyak hal, Supatra Sasuphan sama seperti anak-anak seusianya - dia suka berenang, menari sambil mendengarkan musik favoritnya dan bermain dengan teman-temannya.
Tapi lebih dari segalanya, Supatra Sasuphan sangat suka bertengger di depan Televisi di rumah mungil satu kamar keluarganya di Pranakom, wilayah pinggiran Bangkok, untuk menonton film kartun. "Aku suka menonton apapun di TV, apapun, aku suka menontonnya. Aku suka menonton Bugs Bunny."
Suptara bersama kakak perempuannya, Sukanya, 15 tahun (kiri), sang ayah Sammrueng dan ibunya Somphon.
Orang-orang di sebuah belokan melirik ke Supatra saat ia berjalan di Bangkok, Thailand.
Gadis kecil ini juga bertekad untuk tidak membiarkan kondisinya mencegah dia menjalani hidup normal. "Aku ingin belajar matematika supaya aku bisa menguasainya dengan baik dan mengajarkannya kepada anak-anak muda, jadi mereka juga bisa melakukannya," katanya.
"Aku ingin menjadi seorang dokter agar bisa membantu pasien ketika mereka terluka. Aku ingin membantu orang-orang yang terluka dan membantu mereka sembuh," lanjut Supatra.
Tapi masa depan Supatra Sasuphan tidak selalu terlihat begitu menjanjikan. Ketika Supatra lahir, ia harus menjalani dua operasi hanya untuk bisa bernapas. Ayahnya, Sammrueng, 38 tahun, mengatakan, "Kami menemukan kondisi Supatra ketika ia dilahirkan - kami tidak tahu sebelumnya. Dia tidak terlalu sehat karena hidungnya hanya satu milimeter lebarnya. Untuk tiga bulan pertama ia berada di dalam inkubator untuk membantunya bernapas. Dia di rumah sakit selama sepuluh bulan. Kami sangat khawatir dengan keadaannya."
Supatra Sasuphan menjalani operasi lain ketika ia berusia dua tahun dan sekarang ia bisa bernapas dengan normal. Tapi ketika Sammrueng dan istrinya, Somphon, 38 tahun, membawa Supatra Sasuphan ke rumah untuk tinggal bersama mereka dan putri mereka, Sukanya, sekarang 15 tahun, mereka menghadapi lebih banyak masalah.
"Ketika tetangga pertama kali melihat Nat mereka menanyakan apa dosa yang telah aku lakukan. Aku sangat khawatir dengan masa depannya saat ia dewasa karena anak-anak lain mengejeknya, " kata Sammrueng.
Tapi sifat manis dan murah hati Supatra Sasuphan membuat dia mudah bergaul dan memiliki banyak teman dalam komunitasnya.
Sammrueng yang bekerja sebagai pembuat perhiasan, mengatakan, "Dia bisa bergaul dengan orang lain dengan sangat baik dan sangat murah hati. Dia memiliki banyak teman. Dia sama seperti gadis-gadis kecil lain seusianya. Tapi giginya tumbuh perlahan dan dia tidak bisa melihat dengan baik."
Dokter mencoba untuk menghilangkan rambut yang tumbuh diwajah dan tubuhnya dengan perawatan laser ketika dia berusia dua tahun tapi rambut tersebut tumbuh kembali, lebat seperti sebelumnya.
Rambut Supatra Sasuphan terus tumbuh dengan lebat seiring dengan semakin bertambah usianya, dan ibunya harus mencukur rambut anaknya itu secara teratur. Dia menggunakan sampo bayi untuk mencuci rambutnya karena ia alergi dengan sampo dewasa.
"Aku masih berharap suatu hari nanti ia akan sembuh. Kami akan melakukan apapun yang kami bisa jika itu akan membantunya," kata Sammrueng, ayah dari Supatra Sasuphan, dikutip dari Daily Mail.