Sunday, April 3, 2011

Sapi Rekayasa Genetika Menghasilkan Susu Manusia

The Facemash Post - Para ilmuwan telah berhasil memperkenalkan gen manusia pada 300 sapi perah untuk menghasilkan susu dengan dengan zat yang sama terkandung dalam air susu ibu.



Air Susu Ibu (ASI)kaya akan nutrisi penting yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi dan mengurangi risiko infeksi.

Para ilmuwan di balik penelitian ini percaya bahwa susu dari sapi ternak hasil rekayasa genetika dapat memberikan air susu ibu alternatif dan susu formula untuk bayi, yang sering dikritik sebagai pengganti ASI yang mengandung gizi yang lebih rendah.

Mereka berharap produk susu rekayasa genetika dari sapi ternak tersebut bisa dijual di supermarket. Penelitian ini mendapat dukungan dari sebuah perusahaan bioteknologi besar.

Hasil kerja para peneliti ini kemungkinan akan mengobarkan oposisi terhadap makanan-makanan rekayasa genetika. Namun penelitian ini mendapat kritik dari para pakar teknologi dan kelompok-kelompok kesejahteraan hewan, mereka mempertanyakan keamanan susu dari hewan hasil rekayasa genetika dan dampaknya terhadap kesehatan ternak.

Tapi Profesor Ning Li, ilmuwan yang memimpin penelitian dan direktur dari State Key Laboratories for AgroBiotechnology di China Agricultural University bersikeras bahwa susu rekayasa genetika akan aman untuk diminum seperti halnya susu sapi perah biasa.

Dia menegaskan, "Susu ini lebih baik daripada susu biasa. Kami bertujuan untuk mengkomersialkan beberapa penelitian di bidang ini tiga tahun ke depan. Untuk "susu manusia", 10 tahun atau mungkin lebih banyak waktu akan diperlukan sampai akhirnya menuangkan susu ini ke dalam cangkir para konsumen. "

Dalam hal penelitian teknologi pangan dan rekayasa genetika, sekarang ini Cina berada di posisi terdepan dibandingkan dengan beberapa negara di Eropa.

Para peneliti menggunakan teknologi kloning untuk memperkenalkan gen manusia ke dalam DNA sapi perah Holstein sebelum rekayasa genetika embrio itu ditanamkan ke sapi pengganti.

Para peneliti dalam Public Library of Science One mengatakan, mereka mampu menciptakan sapi yang menghasilkan susu yang mengandung protein manusia yang disebut lisozim. Lisozim adalah sebuah protein antimikroba alami yang ditemukan dalam jumlah besar pada air susu ibu. Protein ini membantu melindungi bayi dari infeksi bakteri selama hari-hari awal hidup bayi.

Mereka menciptakan sapi yang memproduksi protein lain dari susu manusia yang disebut laktoferin, yang membantu meningkatkan jumlah sel kekebalan tubuh bayi. Sebuah protein susu ketiga yang disebut alpha-lactalbumin juga diproduksi oleh sapi.

Di China Agricultural University, para ilmuwan juga mengungkapkan bahwa mereka telah meningkatkan kandungan lemak susu sekitar 20 persen dan juga mengubah tingkat padatan susu, sehingga lebih dekat dengan komposisi susu manusia serta memiliki kekebalan tubuh yang sama.

Profesor Ning Li dan rekan-rekannya, yang telah bekerja dengan Beijing GenProtein Biotechnology Company mengatakan, pekerjaan mereka telah menunjukkan hal itu, yang memungkinkan untuk "memanusiakan" susu sapi.

Secara keseluruhan, para ilmuwan mengatakan mereka telah menghasilkan sekitar 300 sapi yang mampu menghasilkan susu mirip manusia. Hewan-hewan transgenik secara fisik identik dengan sapi biasa.

Profesor Ning Li mengatakan: "Studi kami menggambarkan susu sapi transgenik yang menawarkan manfaat nutrisi yang sama seperti susu manusia. Susu sapi rekayasa adalah pengganti yang mungkin untuk susu manusia. Ini memenuhi konsepsi memanusiakan susu sapi."

Kepada The Sunday Telegraph, ia menambahkan "susu mirip susu manusia ini akan memberikan kandungan gizi yang jauh lebih tinggi." Ia mengatakan mereka telah berhasil menghasilkan tiga generasi sapi rekayasa genetika tetapi untuk produksi secara komersial akan memerlukan banyak sapi.

"ASI mengandung proporsi protein yang tepat, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin untuk perkembangan dan pertumbuhan optimal bayi. Seperti makanan sehari-hari kita, susu sapi memberi kita sumber dasar nutrisi. Tetapi masalah pencernaan dan penyerapan membuatnya bukan makanan yang sempurna bagi manusia." Katanya.

Makanan yang direkayasa secara genetika telah menjadi subjek yang sangat kontroversial dan saat ini mereka hanya bisa dijual di Inggris dan Eropa jika produk tersebut telah lulus uji keamanan.

Tanggapan negatif konsumen terhadap makanan Rekayasa Genetika juga tinggi, sehingga banyak supermarket mencari sumber produk Rekayasa Genetika yang benar-benar aman.

Kampanye mengklaim teknologi Rekayasa Genetika menimbulkan ancaman bagi lingkungan saat gen tanaman dimodifikasi bisa merambah ke populasi tanaman liar dan gulma, selain itu, mereka juga percaya ada keraguan akan keamanan makanan tersebut.

Para ilmuwan bersikeras menyatakan bahwa makanan rekayasa genetika tidak mungkin menimbulkan ancaman bagi keamanan pangan dan konsumen di Amerika Serikat telah mengkonsumsi makanan rekayasa genetika selama beberapa dekade.

Namun, dua percobaan yang dilakukan oleh para peneliti Cina, terdiri dari 42 anak sapi transgenik yang lahir, hanya 26 dari hewan yang selamat setelah sepuluh meninggal tak lama setelah lahir, sebagian besar mengidap penyakit gastrointestinal, dan lainnya meninggal dalam waktu enam bulan lahir.

Para peneliti mengakui bahwa teknologi kloning yang digunakan dalam Rekayasa dapat mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup hewan kloning, walaupun alasan mengapa itu terjadi belum dipahami dengan baik.

Seorang juru bicara untuk Royal Society for the Protection of Animals mengatakan bahwa organisasi mereka "sangat prihatin" dengan bagaimana sapi Rekayasa Genetika dihasilkan.

"Keturunan hewan kloning sering menderita masalah kesehatan dan kesejahteraan, jadi ini akan menjadi perhatian serius. Mengapa kita membutuhkan susu - Apa itu artinya kita belum punya (susu)." Katanya.

Helen Wallace, direktur kelompok pemantauan bioteknologi GeneWatch Inggris, mengatakan: "Kami sangat prihatin dengan penelitian ini yang secara genetika merekayasa sapi dengan gen manusia. Secara etis ada masalah dengan memproduksi massal binatang dengan cara ini."

Profesor Keith Campbell, seorang ahli biologi di University of Nottingham, yang bekerja di bidang hewan transgenik, mengatakan: "hewan dan tanaman yang dimodifikasi secara genetik tidak akan berbahaya kecuali Anda sengaja memasukkan gen yang akan menjadi racun. Ngapaian orang melakukan hal kayak gitu di dalam makanan? “

"Makanan rekayasa genetika, jika dikerjakan dengan benar, dapat memberikan manfaat besar bagi konsumen dalam hal memproduksi produk yang lebih baik," tambah Profesor Keith Campbell, dikutip dari Telegraph.

No comments:

Post a Comment